Sabtu, 26 Januari 2013

The Real Dyah isnaeni ruslan anwar (part 2)

Untuk kesekian kalinya kukatakan, aku tak pandai berkomunikasi verbal. Suatu hari ayahku pernah memintaku dan berkata, "kamu udah gede, sana kunjungi paklekmu". Aku hanya bisa menyahut "ya". Dalam hati kumerutuki diriku sendiri yang telah mengambil keputusan untuk menjawab 'ya'. 'Aduh, gimana ini. Apa yang harus kubicarakan nanti saat kutiba di rumah paklekku.' pikiranku mulai risau.
Dan benar saja, aku yang aneh tak juga bisa berkomunikasi dengan baik, atau sekedar basa basi. Hanya datang, salim, dan menyapa "gimana paklek? Sehat? Dapet salam dari bapak sama mama". Setelah itu diam. Diamku bukan malu. Jika karena aku malu, pasti hidangan di meja itu tak habis olehku. Aku hanya tak menemukan kata kata yang kiranya cocok untuk memulai pembicaraan. Yang ada paklek bertanya dan aku yang menjawab. Pasif memang. Tapi itulah aku. Untungnya paklekku tahu sedikit tentang sifatku. Beliau pun akhirnya berkata "isna, kalo mau nonton film, nonton aja. Cari kasetnya di deket TV". Alhasil silaturahmi waktu itu kuhabiskan dengan nonton Film Final Fantasy 3.
Kini kalau aku disuruh silaturahmi, aku selalu ngajak kakakku. Supaya kakakku bisa ngobrol dengan paklek dan bulekku. Dan aku yang mendengarkan. Bukan licik. Hanya menyelamatkan diri :D.

Aku memang tak pandai berkomunikasi. Tapi bukan berarti aku tak bisa mempresentasikan apapun. Tak sombong, tapi tak jarang aku dapat A sewaktu presentasi masa masa kuliah dulu.
Tahun berganti, namun basa basi masih juga tak ada dalam kamusku. Di kamusku kata 'basa basi' memiliki pengertian 'small talk is bullshit'. :D
aku tidak begitu betah berlama lama dalam keramaian. Dulu setiap urusan kampus selesai, aku biasanya buru buru pulang untuk mencari ketenangan. Ayahku memang tak banyak bicara. Keponakanku juga tak terlalu mengusik ketenanganku.
Sebagian orang mungkin berasumsi bahwa aku adalah manusia yang individualis, sombong, dan antisosial. Aku bukannya tidak bisa bersosialisasi, hanya agak kesulitan. Bukan karena antisosial atau tak suka berinteraksi dengan orang lain, tapi karena aku membutuhkan waktu untuk diriku sendiri. Aku mendapatkan energi dengan cara menyendiri, melalui pemikiran dan perasaanku. Aku lebih suka menggunakan waktuku untuk berpikir dari pada untuk membicarakan hal yang kurang penting. Aku adalah aku yang berpikir lebih dulu sebelum bicara. Aku bahkan memikirkan apa yang akan dijawab oleh lawan bicaraku. Aku merasa hidup saat dalam keadaan sendiri. Tentu bukan karena kesepian, pathetic, merana, sedih, atau patah hati. Tapi karena kebutuhanku untuk menyendiri. Ada sensasi tersendiri saat aku duduk di samping kolam, memancing, atau memandangi pegunungan, ditemani musik alam, yaitu gemericik air, desau angin, gesekan dedaunan, kokok ayam dan kicau burung. Perpaduan yang indah. Ada damai, ada perasaan gembira, dan bahagia tak terkira. Bahkan aroma tanah yang tersiram air hujan pun mampu mendatangkan kebahagiaan untukku.

Kutegaskan lagi, aku adalah aku. Aku yang hampir tidak pernah menelpon kakak kakak dan teman temanku. Aku yang jarang mengirim sms pada orang orang terdekatku. Bukan karena tak ada pulsa. Tapi karena aku bingung harus mulai berkata apa. Hanya dengan mengetahui mereka baik baik saja, itu sudah membuatku lega. Lagi lagi bukan karena aku tak peduli, tapi karena aku tak pandai berkomunikasi. "apa kabar? Disini baik baik saja." hanya itu yang terlintas dalam pikiranku untuk memulai sms. Atau kadang memaksa sedikit basa basi "musim apa disana?" atau "hujan nggak?" atau "kangen nih". Kata kata yang datar dan dingin. Membuatku enggan untuk mengirimya, kata kata itu pun berakhir di kotak konsep tanpa terkirim terlebih dahulu.

Aku bukan pemalu, aku hanya tak nyaman berada dalam suatu kelompok. Aku bukan menutup diri, hanya saja aku butuh waktu dari 24 jamku untuk sendiri.
Entah perilaku ini suatu penyakit atau kelainan kejiwaan. Namun aku nyaman dan bahagia dengan menikmati kesendirianku. Sebagian orang bilang aku adalah seorang introvert. Apapun julukan untuk diriku, aku nyaman dengan diriku. Semoga saja masyarakat luas tidak mengucilkan orang orang yang minoritas sepertiku. Lagi lagi, aku bukan orang yang kesepian, depresi, putus asa, atau patah hati sekalipun. Aku adalah aku yang menemukan inspirasi, ide briliant, ketenangan, dan kedamaian dalam kesunyian dan kesendirian. Aku suka membaca, menulis, menggambar, berpikir dan berangan. Aku nyaman dengan menjadi diriku :)
Thanks God, You created me as a special human. So people, just accept me as the way I am. Aku bukan manusia payah dan tak berguna. Aku adalah harta karun yang tertata dan tesimpan rapi di perut bumi.

\(^_^)/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar